review berita

Tribun News
Senin, 21 Oktober 2013
Ketua Majelis Syuro PKS Kembali Dipanggil Hari Ini
Sidang perkara kasus suap kuota impor daging dan pencucian uang dengan terdakwa Luthfi Hasan Ishaq dijadwalkan akan digelar pada hari Senin (21/10/2013) pukul 09.00 WIB.
Menurut Muhamad Assegaf, penasihat hukum Luthfi, melalui pesan singkatnya pada wartawan, Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi akan memanggil empat orang saksi yaitu Ustadz Hilmi Aminudin ( Ketua Majelis Syuro PKS) yang juga dipanggil untuk bersaksi pada hari Kamis(17/10) tapi tidak hadir dalam persidangan, Jazuli Juwain ( anggota Majelis Syuro PKS), Herma Yudhi Ireanto dan Budiyanto.

Detik.com
Sabtu 19 Oktober 2013
Jamaah Haji Diimbau Tak Bawa Barang Yang Aneh-aneh
Minggu (20/10) jamaah haji Indonesia kloter pertama akan terbang ke tanah air. Vice Presindent Hajj VVIP and Charter Garuda, Hady Syahrean, mengharapkan jamaah tidak membawa barang yang aneh-aneh seperti rice cooker, karpet, alat potong kuku atau pisau.
Barang bawaan jamaah dibatasi 32 kg untuk koper dan 7 kg untuk tas tenteng. Sebelum diperiksa pihak Saudi, barang bawaan jamaah akan diperiksa lebih dulu oleh pihak Indonesia guna memudahkan bagian pemeriksaan Saudi, keamanan, dan kelancaran.

Tempo
Minggu, 20 Oktober 2013
Kebakaran yang sering melanda Jakarta menuai kritik dari Nurhayati Ali Assegaf. Ketua Fraksi Demokrat DPR RI tersebut mengatakan kebakaran sekitar 1000 rumah di Kelapa Gading beberapa waktu yang lalu tidak pernah terjadi di kepemimpinan Fauzi Bowo.
Jokowi menanggapinya dengan berkata,” Terus yang bakar siapa?yang bakar saya?” Gubernur DKI tersebut mengatakan penyebab utama kebakaran adalah konsleting listrik. November depan pihak DKI akan menaruh alat pemadaman kebakaran di perkampungan padat yang tersebar di lima wilayah Jakarta.

Baik Tempo.co, detik.com maupun Tribun News dapat dijadikan acuan di Media Center karena secara keseluruhan ketiga situs berita tersebut sudah menyajikan berita secara actual dan kredibilitas tidak perlu diragukan lagi.
Judul yang menarik menjadi salah satu keunggulan Tempo.co sehingga pembaca lebih penasaran untuk membaca isi berita. Sementara itu berita local yang disajikan di Tribun News lebih banyak yang berarti makin banyak pula informasi yang didapat pembaca.





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tentang Jurnalistik

Mendengar kata jurnalistik, apa yang terbayang di pikiran kita? Seorang reporter yang tengah meliput berita? Sebuah surat kabar yang berisi berita hari itu? Atau seseorang yang duduk di depan computer sambil mengetik berita yang ia dapat? Jika memang itu yang terpintas di pikiran kita, berarti  kita sudah mengerti apa itu jurnalistik. Jurnalistik adalah segala hal yang berhubungan dengan persuratkabaran. Sedangkan kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit dan menerbitkan berita di surat kabar disebut jurnalisme.
Terkadang kita tidak membaca suatu berita sampat tuntas. Begitu tahu inti atau klimaks dari berita mata kita beralih ke halaman lain untuk membaca berita lain yang menarik bagi kita. Nah, gaya penulisan berita yang diawali klimaks lalu diikuti bagian yang kurang penting hingga tidak penting disebut piramida terbalik.
Ada banyak manfaat yang kita dapat dari membaca surat kabar, diantaranya menambah wawasan, mengetahui peristiwa yang tengah terjadi di sekitar kita hingga belahan bumi lain. Oleh karena itu berita yang disajikan haruslah aktual. Aktual berarti berita tersebut masih segar, baru saja terjadi. Percuma hari ini kita membaca berita ternyata peristiwa tersebut sudah terjadi seminggu yang lalu.
Selain berita yang menggambarkan kejadian nyata, terkadang kita menemukan tulisan yang berisi pendapat atau pikiran seseorang. Tulisan seperti  itu disebut opini. Bisa juga kita menemukan karya jurnalistik yang merupakan gabungan berita dan opini serta mengandung human interest. Dalam dunia jurnalistik, tulisan seperti itu disebut feature. Karya jurnalistik lain yang tidak asing bagi kita adalah essay, yaitu karangan prosa yang menggambarkan sudut pandang penulis secara sepintas mengenai suatu masalah tertentu.
Seorang reporter harus menerapkan sila kelima Pancasila dalan menulis berita. Ia harus adil terhadap semua pihak yang menjadi obyek berita dengan cara meliput semua pihak yang terlibat dalam peristiwa. Perilaku seperti ini disebut cover both side.
Ternyata ada banyak hal yang belum kita ketahui tentang jurnalistik. Semoga tulisan ini bisa membuat kita lebih mengenal dunia yang kita cintai, dunia jurnalistik. Salam pers mahasiswa!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selamanya Cinta





Oleh : Aprilia AP

” Di, kita ke kantin ya nanti,” seru Dio saat Diana tiba di depan pintu kelas,
” Ke kantin? Dalam rangka apa?” tanya Diana heran
” Di kelas ini kan ada yang baru jadian, nanti sekelas akan ditraktir kok!”
” Oh, ya? Siapa yang baru jadian?”  tsnya Dina semangat. Wah lumayan nih dapat makan siang gratis, batinnya.
” Diana Rachma Utami,” ucap Dio sambil tersenyum ke arah Diana
Mendengar namanya disebuat Dio, Diana semakin tidak mengerti,
” Ha? Memangnya aku jadian sama siapa?”
” Sama itu tu !” sahut teman-teman yang lain sambil melirikan mata mereka ke kelas sebelah.
Diana mengerti siapa yang dimaksud ” itu tu” oleh teman-temannya,
”Kalau tidak tahu, sebaiknya kalian diam saja. ” kata Diana dengan agak kesal, lalu dia segera duduk di bangkunya. Pertanyaan yang ada di pikiran reman-teman Diana tidak mereka keluarkan lantaran Pak Guru sudah masuk kelas dengan setumpuk kertas di pangkuan tangannya.
Bel pulang sudah berbunyi lima menit lalu, bersamaan dengan itu ruang kelas XII IPA 3 hampir kosong ditinggal penghuninya.  Diana masih duduk manis di bangkunya, buku-buku ia biarkan berserakan di meja. Di sangganya kepala dengan tangan kanan, matanya lurus ke depan, tapi pikirannya tidak lurus ke depan, pikiran itu telah melayang, memutar memori 3 jam lalu.
Kejadian itu baru pertama kali ia alami, jujur ia sudah lama mengharapkan kejadian yang cukup singkat tapi menguras hati itu.
Kejadiannya seperti ini....
Saat Diana menaiki tangga menuju kelasnya, seseorang tengah berdiri di ujung tangga. Cowok itu terus menatap Diana. Dia lengsung menarik tangan Diana kerika cewek itu sudah sampai di atas. Segera saja tubuh Diana bersandar di sinding, sementara cowok itu berdiri di depannya dengan tangan kiri di sandarkan di dinding, tepatnya di sebelak kanan kepala Diana.
” Aku tahu kamu menyimpan sesuatu. Kamu merasakan apa yang aku rasakan.” kata cowok bernama Pandu itu. Sebelum melanjutkan perkataannya, dia menghela nafas sejenak.
” Kamu mau kan jadi pacarku?”
Diana terbelalak kaget setelah mendengar pertanyaan Pandu. Hah, pacar? Aduh, aku harus menjawab apa?, batin Diana.
” aku tahu kok Di kalat kamu diam-diam sering mencuri pandangan ke arahku. Pasti sudah lama kamu suka sama aku, iya kan?”
Diana masih diam. Yang dikatakan Pandu memang benar. Dia sering mengamati cowok yang berdiri di depannya ini. Dan Diana memang menyukainya. Tapi itu dulu. Diana sudah memendam harapannya untuk memiliki Pnadu setelah mengetahu ada cewek lain yang juga menyukai Pandu.
” Kamu salah Pandu. Aku tidak menyukaimu. Sepertinya kamu salah orang jika mengajukan pertanyaan ini padaku,” kata Diana setelah diam agak lama.
” Maaf, aku harus pergi sekarang,”. Baru dua langkah Diana berjalan, cowok itu menarik tangan Diana dengan cepat. Tubuh Diana tidak bisa menolaknya. Dengan cepat, tubuhnya berbalik arah, lalu dia merasakan tangan Pandu melingkar dibahunya. Diana hanya diam saat tangan Pandu semakin erat mendekapnya.
” Mungkin aku terlambat mengatakan ini. Tapi sungguh Di, aku sangat menyayangimu”

Diana tersadar dari memorinya saat seseorang memasuki ruang kelasnya.
” Di, kok belum pulang?’ tanya orang itu sambil mendekati bangku Diana.
” Ha..eh..iya. kamu sendiri kenapa belum pulang, Na?”
” Lha, ini aku mau pulang. Tadi habis ke kamar mandi.” balas Nana.
Nana tahu Diana sedang sedih, dia tahu apa yang menyebabkan sahabatnya ini sedih.
” Ikut aku ke toko buku yuk Di!” ajak Nana.
” Kamu mau beli novel?”
” Iya. Mumpung lagi diskon, nih. Nanti kamu aku beliin deh”
“ Hah, yang benar? Ya udah yuk aku temanin.” kata Diana semangat.
“ Beresin dulu bukumu ini!” kata Nana sambil menunjuk buku yang berserakan di meja Diana.
“ Beres, bos!”. Dengan semangat Diana langsung memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
Nana tersenyum. Dia senang melihat Diana bisa tersenyum. Mudah-mudahan kamu bisa tersenyum terus Di, batinnya.

Diana pulang ke rumah dengan perasaan bahagia.
“ Ada apa nih dengan putri Mama? Pulang-pulang kok senyum – senyum sendiri? tanya Mama Diana saat putri tunggalnya itu masuk ke ruang tamu.
” Oh, ini Ma, aku baru aja dapat novel gratis dari Nana. Pastinya senang kan, Ma,  kalau dapat novel gratisan.”.Diana lalu mencium tangan Mamanya.
” Uhh, kamu ini, dari dulu maunya gratisan aja!” sahut Mama sambil mengacak rambut Diana.” Ya, sudah kamu ganti pakain sana, terus kita makan siang bareng!”
Tanpa banyak berkata Diana langsung menjalankan perintah Mama.
Sore hari, Diana termenung di kamarnya. Novel barunya ia biarkan tergeletak di samping tempat tidur. Novel inilah yang membuatnya termenung. Cerita novel itu sama dengan kisah yang baru ia alami. Si Cewek dalam novel terus dibayang-bayangi cowok yang ia sukai di masa lalu. Cowok itu kembali lagi ke kehidupannya dan menyatakan perasaannya ke Si Cewek. Tapi Si Cewek menolaknya karena ia benci dengan Si Cowok yang  pernah membuatnya sakit hati. Di masa lalu mereka memang pacaran tapi putus karena Si Cowok berpaling ke cewek lain yang ternyata teman kecilnya. Saat Si Cowok ingin kembali ke Si Cewek, Si Cewek menolak meskipun sebenarnya ia masih sayang dengan Si Cowok. Si Cowok tidak menyerah, ia menyesal telah meninggalkan Si Cewek dan berjanji pada dirinya dia harus kembali pada Si Cewek. Ia terus berusaha untuk mendekati Si Cewek.
Bagaimana ending cerita novelnya, Diana belum tahu. Setelah menyadari kisah si Cewek sama dengan yang ia alami, ia langsung meletakkan novelnya lalu termenung hingga sekarang.
Diana memejamkan matanya. Membayangkan wajah Pandu. Wajah itu tersenyum manis padanya. Diana lalu tersenyum membalasnya. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Tiba-tiba senyum di wajah Pandu menghilang diikuti bayangan wajahnya. Diana lalu menelungkupkan wajahnya, perlahan air matanya mengalir.
“ Pandu, kenapa kamu tega tinggalin aku. Aku benci kamu. Bencii…” teriak Diana di balik tangisannya. Beberapa menit kemudian, Diana sudah terlelap dalam dunia mimpinya.

Ting tong. Ting tong.
Suara bel terus berbunyi, memaksa Diana untuk membuka matanya. Baru saja ia akan beranjak dari tempat tidurnya, tapi Mama sudah mendahuluinya. Dengan agak berlari Mama menhampiri pintu depan.
“ Eh, Pandu, sudah lama kamu gak main ke sini. Wah, tambah cakep aja ya kamu,” sambut Mama dengan ramah.
Hah, Pandu, gumam Diana kaget.
Segera ia beranjak dari tempat tidur, menyisir rambut lalu melesat ke ruang depan.
” Nah, itu yang diomongin sudah muncul. Ya, sudah tante tinggal dulu ya,” kata Mama saat melihat Diana muncul.
” Hai Di,” sapa Pandu.
Diana membalasnya dengan senyuman yang agak terpaksa.
” Aku mau bicara sama kamu, Di. Tapi tidak di sini.” Pandu lalu meraih tangan Diana dan membimbingnya ke taman di samping rumah Diana.
Jadi, di sinilah mereka berada sekarang. Duduk di bangku taman dengan suara gemericik air kolam di sampingnya, dan ditemani cahaya rembulan yang sempurna. Sinar lampu di atas bangku menambah kehangatan malam itu.
” Aku merindukan suasana ini. menghabiskan malam minggu di taman kecil ini bersama gadis yang aku sayangi.”
Diana diam, tidak tahu harus menjawab perkataan Pandu dengan apa. Dia hanya menunduk sejak tadi. Matanya menatap kakinya yang ia gerakkan ke kiri dan ke kanan.
” Sayang ya, bintang tidak mau muncul malam ini?  Oh iya, kamu pernah bilang, kalau kamu tidak mau pergi berlama-lama jika bintang tidak ada, iya kan? Ok, aku akan langsung bicara saja.”
Bukankah kamu sudah bicara sejak tadi, batin Diana.
” Aku ke sini cuma mau pamitan sama kamu.”
Pamitan? batin Diana. Apa maksud perkataannya? Lalu diubahnya pandangan matanya dari kakinya sendiri munuju cowok disampingnya.
” Setelah kelulusan nanti, tepatnya tiga bulan dari sekarang aku akan pergi ke London. Ayah mendapat tugas di sana selama lima tahun. Beliau menyuruhku untuk melanjutkan studi di sana saja.” kata Pandu hati-hati
Diana bisa merasakan kesedihan dalam hati Pandu. Jujur, ia sendir juga merasakan hal yang sama. Diana tidak bisa membayangkan, harus jauh dari Pandu selama lima tahun!
Dengan lembut Pandu meraih tangan Diana,
” Maaf Di. Aku harus meninggalkanmu untuk yang ke dua kalinya.”
Tidak ada rasa sakit di hati Diana saat mendengar Pandu berkata demikian. Jika dulu Pandu meninggalkannya untuk cewek lain, tentu Diana sedih dan kecewe, tapi kini Pandu meninggalkannya bukan untuk cewek lain, melainkan untuk masa depannya, jadi Diana tidak akan kecewa. Sedih? Tentu, ia sedih sekali. Diana menguatkan hatinya,ia harus mengatakan sesuatu sebelum cowok ini pergi
” Kamu benar Pandu. Semua yang kamu katakan kemarin benar. Aku masih mencintaimu. Aku ingn kembali lagi padamu.” kata Diana diiringi air mata yang jatuh perlahan ke pipinya.
Pandu langsung memeluk gadis yang ia sayangi itu setelah mendengar perkataannya.
” Terimakasih. Terimakasih Di.”
Diana bisa merasakan perkataan Pandu yang di ucapkan dengan tulus.
” Aku berjanji Di, aku akan segera kembali bila kuliahku sudah selesai.” kata Pandu sambil melepas pelukannya.
” Kamu yang sabar ya! Ini terakhir kalinya aku meninggalkanmu.”
Pandu mendekatkan wajahnya ke telinga Diana, dia lalu berbisik dengan penuh keyakinan,
” Aku akan selalu mencintaimu!”
Lalu dengan lembut ia meluncurkan bibirnya di pipi kanan Diana.
Diana memejamkan mata, membiarkan bibir cowok ini menyentuh pipinya agak lama. Ingin rasanya waktu berhenti di sini saja, agar ia bisa terus bersama Pandu, cowok yang yang sangat ia cintai.Tapi itu mustahil bukan?


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rokok dan Generasi Muda



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS