Oleh
: Aprilia AP
” Di, kita ke kantin ya nanti,” seru Dio saat
Diana tiba di depan pintu kelas,
” Ke kantin? Dalam rangka apa?” tanya Diana heran
” Di kelas ini kan ada yang baru jadian, nanti
sekelas akan ditraktir kok!”
” Oh, ya? Siapa yang baru jadian?” tsnya Dina semangat. Wah lumayan nih dapat
makan siang gratis, batinnya.
” Diana Rachma Utami,” ucap Dio sambil tersenyum
ke arah Diana
Mendengar namanya disebuat Dio, Diana semakin
tidak mengerti,
” Ha? Memangnya aku jadian sama siapa?”
” Sama itu tu !” sahut teman-teman yang lain
sambil melirikan mata mereka ke kelas sebelah.
Diana mengerti siapa yang dimaksud ” itu tu” oleh
teman-temannya,
”Kalau tidak tahu, sebaiknya kalian diam saja. ”
kata Diana dengan agak kesal, lalu dia segera duduk di bangkunya. Pertanyaan
yang ada di pikiran reman-teman Diana tidak mereka keluarkan lantaran Pak Guru
sudah masuk kelas dengan setumpuk kertas di pangkuan tangannya.
Bel pulang sudah berbunyi lima menit lalu,
bersamaan dengan itu ruang kelas XII IPA 3 hampir kosong ditinggal penghuninya.
Diana masih duduk manis di bangkunya,
buku-buku ia biarkan berserakan di meja. Di sangganya kepala dengan tangan
kanan, matanya lurus ke depan, tapi pikirannya tidak lurus ke depan, pikiran
itu telah melayang, memutar memori 3 jam lalu.
Kejadian itu baru pertama kali ia alami, jujur ia
sudah lama mengharapkan kejadian yang cukup singkat tapi menguras hati itu.
Kejadiannya seperti ini....
Saat Diana menaiki tangga menuju kelasnya,
seseorang tengah berdiri di ujung tangga. Cowok itu terus menatap Diana. Dia
lengsung menarik tangan Diana kerika cewek itu sudah sampai di atas. Segera
saja tubuh Diana bersandar di sinding, sementara cowok itu berdiri di depannya
dengan tangan kiri di sandarkan di dinding, tepatnya di sebelak kanan kepala
Diana.
” Aku tahu kamu menyimpan sesuatu. Kamu merasakan apa yang aku rasakan.” kata
cowok bernama Pandu itu. Sebelum melanjutkan perkataannya, dia menghela nafas
sejenak.
” Kamu mau kan jadi pacarku?”
Diana terbelalak kaget setelah mendengar
pertanyaan Pandu. Hah, pacar? Aduh, aku harus menjawab apa?, batin Diana.
” aku tahu kok Di kalat kamu diam-diam sering
mencuri pandangan ke arahku. Pasti sudah lama kamu suka sama aku, iya kan?”
Diana masih diam. Yang
dikatakan Pandu memang benar. Dia sering mengamati cowok yang berdiri di depannya ini. Dan Diana
memang menyukainya. Tapi itu dulu. Diana sudah memendam harapannya untuk
memiliki Pnadu setelah mengetahu ada cewek lain yang juga menyukai Pandu.
” Kamu salah Pandu. Aku tidak
menyukaimu. Sepertinya kamu salah orang jika mengajukan pertanyaan ini padaku,”
kata Diana setelah diam agak lama.
” Maaf, aku harus pergi
sekarang,”. Baru dua langkah
Diana berjalan, cowok itu menarik tangan Diana dengan cepat. Tubuh Diana tidak bisa menolaknya.
Dengan cepat, tubuhnya berbalik arah, lalu dia merasakan tangan Pandu melingkar
dibahunya. Diana hanya diam saat tangan Pandu semakin erat mendekapnya.
” Mungkin aku terlambat mengatakan
ini. Tapi sungguh Di, aku sangat menyayangimu”
Diana tersadar dari memorinya saat
seseorang memasuki ruang kelasnya.
” Di, kok belum pulang?’ tanya
orang itu sambil mendekati bangku Diana.
” Ha..eh..iya. kamu sendiri kenapa
belum pulang, Na?”
” Lha, ini aku mau pulang. Tadi habis ke kamar
mandi.” balas Nana.
Nana tahu Diana sedang sedih, dia tahu apa yang
menyebabkan sahabatnya ini sedih.
” Ikut aku ke toko buku yuk Di!” ajak Nana.
” Kamu mau beli novel?”
” Iya. Mumpung lagi diskon, nih. Nanti kamu aku
beliin deh”
“ Hah, yang benar? Ya udah yuk aku temanin.” kata
Diana semangat.
“ Beresin dulu bukumu ini!” kata Nana sambil
menunjuk buku yang berserakan di meja Diana.
“ Beres, bos!”. Dengan semangat Diana langsung
memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.
Nana tersenyum. Dia senang melihat Diana bisa
tersenyum. Mudah-mudahan kamu bisa tersenyum terus Di, batinnya.
Diana pulang ke rumah dengan perasaan bahagia.
“ Ada apa nih dengan putri Mama? Pulang-pulang kok
senyum – senyum sendiri? tanya Mama Diana saat putri tunggalnya itu masuk ke
ruang tamu.
” Oh, ini Ma, aku baru aja dapat novel gratis dari
Nana. Pastinya senang kan, Ma, kalau dapat
novel gratisan.”.Diana lalu mencium tangan Mamanya.
” Uhh, kamu ini, dari dulu maunya gratisan aja!”
sahut Mama sambil mengacak rambut Diana.” Ya, sudah kamu ganti pakain sana, terus kita makan
siang bareng!”
Tanpa banyak berkata Diana langsung menjalankan
perintah Mama.
Sore hari, Diana termenung di kamarnya. Novel
barunya ia biarkan tergeletak di samping tempat tidur. Novel inilah yang
membuatnya termenung. Cerita novel itu sama dengan kisah yang baru ia alami. Si
Cewek dalam novel terus dibayang-bayangi cowok yang ia sukai di masa lalu.
Cowok itu kembali lagi ke kehidupannya dan menyatakan perasaannya ke Si Cewek.
Tapi Si Cewek menolaknya karena ia benci dengan Si Cowok yang pernah membuatnya sakit hati. Di masa lalu
mereka memang pacaran tapi putus karena Si Cowok berpaling ke cewek lain yang
ternyata teman kecilnya. Saat Si Cowok ingin kembali ke Si Cewek, Si Cewek
menolak meskipun sebenarnya ia masih sayang dengan Si Cowok. Si Cowok tidak
menyerah, ia menyesal telah meninggalkan Si Cewek dan berjanji pada dirinya dia
harus kembali pada Si Cewek. Ia terus berusaha untuk mendekati Si Cewek.
Bagaimana ending
cerita novelnya, Diana belum tahu. Setelah menyadari kisah si Cewek sama dengan
yang ia alami, ia langsung meletakkan novelnya lalu termenung hingga sekarang.
Diana memejamkan
matanya. Membayangkan wajah Pandu. Wajah itu tersenyum manis padanya. Diana
lalu tersenyum membalasnya. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
Tiba-tiba senyum di wajah Pandu menghilang diikuti bayangan wajahnya. Diana
lalu menelungkupkan wajahnya, perlahan air matanya mengalir.
“ Pandu, kenapa
kamu tega tinggalin aku. Aku benci kamu. Bencii…” teriak Diana di balik
tangisannya. Beberapa menit kemudian, Diana sudah terlelap dalam dunia
mimpinya.
Ting tong. Ting
tong.
Suara bel terus
berbunyi, memaksa Diana untuk membuka matanya. Baru saja ia akan beranjak dari
tempat tidurnya, tapi Mama sudah mendahuluinya. Dengan agak berlari Mama
menhampiri pintu depan.
“ Eh, Pandu, sudah
lama kamu gak main ke sini. Wah, tambah cakep aja ya kamu,” sambut Mama dengan
ramah.
Hah, Pandu, gumam Diana kaget.
Segera ia beranjak dari tempat tidur, menyisir
rambut lalu melesat ke ruang depan.
” Nah, itu yang diomongin sudah muncul. Ya, sudah
tante tinggal dulu ya,” kata Mama saat melihat Diana muncul.
” Hai Di,” sapa Pandu.
Diana membalasnya dengan senyuman yang agak
terpaksa.
” Aku mau bicara sama kamu, Di. Tapi tidak di
sini.” Pandu lalu meraih tangan Diana dan membimbingnya ke taman di samping
rumah Diana.
Jadi, di sinilah mereka berada sekarang. Duduk di
bangku taman dengan suara gemericik air kolam di sampingnya, dan ditemani
cahaya rembulan yang sempurna. Sinar lampu di atas bangku menambah kehangatan
malam itu.
” Aku merindukan suasana ini. menghabiskan malam
minggu di taman kecil ini bersama gadis yang aku sayangi.”
Diana diam, tidak tahu harus menjawab perkataan
Pandu dengan apa. Dia hanya menunduk sejak tadi. Matanya menatap kakinya yang
ia gerakkan ke kiri dan ke kanan.
” Sayang ya, bintang tidak mau muncul malam
ini? Oh iya, kamu pernah bilang, kalau
kamu tidak mau pergi berlama-lama jika bintang tidak ada, iya kan? Ok, aku akan
langsung bicara saja.”
Bukankah kamu sudah bicara sejak tadi, batin
Diana.
” Aku ke sini cuma mau pamitan sama kamu.”
Pamitan? batin Diana. Apa maksud perkataannya? Lalu
diubahnya pandangan matanya dari kakinya sendiri munuju cowok disampingnya.
” Setelah kelulusan nanti, tepatnya tiga bulan
dari sekarang aku akan pergi ke London. Ayah mendapat tugas di sana selama lima
tahun. Beliau menyuruhku untuk melanjutkan studi di sana saja.” kata Pandu
hati-hati
Diana bisa merasakan kesedihan dalam hati Pandu.
Jujur, ia sendir juga merasakan hal yang sama. Diana tidak bisa membayangkan, harus jauh dari
Pandu selama lima tahun!
Dengan lembut Pandu meraih tangan Diana,
” Maaf Di. Aku harus meninggalkanmu untuk yang ke
dua kalinya.”
Tidak ada rasa sakit di hati Diana saat mendengar
Pandu berkata demikian. Jika dulu Pandu meninggalkannya untuk cewek lain, tentu
Diana sedih dan kecewe, tapi kini Pandu meninggalkannya bukan untuk cewek lain,
melainkan untuk masa depannya, jadi Diana tidak akan kecewa. Sedih? Tentu, ia
sedih sekali. Diana menguatkan hatinya,ia harus mengatakan sesuatu sebelum
cowok ini pergi
” Kamu benar Pandu. Semua yang kamu katakan
kemarin benar. Aku masih mencintaimu. Aku ingn kembali lagi padamu.” kata Diana
diiringi air mata yang jatuh perlahan ke pipinya.
Pandu langsung memeluk gadis yang ia sayangi itu
setelah mendengar perkataannya.
” Terimakasih. Terimakasih Di.”
Diana bisa merasakan perkataan Pandu yang di
ucapkan dengan tulus.
” Aku berjanji Di, aku akan segera kembali bila
kuliahku sudah selesai.” kata Pandu sambil melepas pelukannya.
” Kamu yang sabar ya! Ini terakhir kalinya aku
meninggalkanmu.”
Pandu mendekatkan wajahnya ke telinga Diana, dia
lalu berbisik dengan penuh keyakinan,
” Aku akan selalu mencintaimu!”
Lalu dengan lembut ia meluncurkan bibirnya di pipi kanan Diana.
Diana memejamkan mata, membiarkan bibir cowok ini
menyentuh pipinya agak lama. Ingin rasanya waktu berhenti di sini saja, agar ia
bisa terus bersama Pandu, cowok yang yang sangat ia cintai.Tapi itu mustahil
bukan?